Wednesday, December 24, 2014

Sedikit tentang apai itu Aliran Syi'ah??

ALIRAN SYI’AH
Syi’ah merupakan aliran tertua yang ada dalam Islam. Asas yang mereka anut adalah bahwa seharusnyta Ali bin Abi Thalib lah yang lebih pantas menjadi khalifah, dibandingkan Abu Bakar, Umar maupun Utsman bin Affan, hal ini dikarenakan Ali adalah orang yang pertama masuk islam, yang paling banyak menghadapi bencana dan berjuang fisabilillah, terlebih Ali mempunyai hubungan nasab yang kuat dengan Nabi. Yang ekstrim menganggap bahwa Ali mempunyai sifat kenabian atau mempunyai sifat Ketuhanan.[1]
                Benih benih aliran syi’ah tumbuh saat terjadi perpecahan antara kaum muslim akibat terjadinya perang shiffin antara pasukan Ali dan Muawiyah. Ada yang keluar dari barisan Ali(Khwarij) dan yang mendukung serta membela Ali,-mereka itulah benih benih pertama dari aliran Syi’ah walaupun belum bisa dikonfirmasikan bahwa istilah Syi’ah sudah diterapkan pada mereka sejak waktu itu.[2] dalam kelanjutannya, baik aliran Syi’ah maupun Kahwarij ini menjadi musuh dari Bani Umayyah hingga pada awal kaum Abbasiyah. Untuk membentengi diri maka syi’ah mendirikan gerakan gerakan rahasia, kampanye bawah tanah untuk meklakukan studi dan kajian secara serius. Mereka mengadakan kontak dengan berbagai macam kebudayaan, mengambil dan memasukkan ke dalam agama ajaran ajaran yang perlu. Mereka pada akhirnya mampu menembus kelemahan daulah abbasiyah hingga akhirnya memerintah. Mereka mampu mendirikan Negara-negara, baik di timur maupun barat.
                Syiah ini dalam perkembangannya terbagi menjadi 3 golongan, yakni : 1)Golongan Al-Zaidiah,2)Golongan Itsna Al-Asy’ariyah,dan 3)Golongan Ismailiyah.
 Pertama, yaitu golongan zaidiyah, nama ini dinisbahkan kepada Zaid ibnu Ali Zainul Abidin ibnul Husein ibnu Ali r.a. . zaid telah menetapkan syarat syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk diakui sebagai Imam, yaitu dia adalah keturunan Ali dari isterinya Fathimah, berpengetahuan luas, zahid, berani, dermawan, serta berusaha menuntut haknya atas jabatan itu.[3] berdasarkan prinsip ini, maka Zaid mengakui Khalifah Abu Bakar dan Umar, meskipun saat itu Ali masih ada namun tidak berusaha mnuntut dan mempertahankan haknya itu.
Mazhab ini merupakan yang paling dekat dengan Syi’ah yang hakiki sebab mereka mengakui dan membolehkan kekhalifahan Abu Bakar dan Umar. Mereka tidak ikut mencaci maki kedua pemimpin tersebut. Dan juga karena mereka tidak menganut pendapat yang menyatakan bahwa jabatan imamah tersebut adalah khusus untuk putera outera Ali dari isterinya Fathimah. Meskipun begitu, mazhab ini kadang juga kemasukan pemikiran yang merusak. As Syahristani mengatakan[4]: “sesudah itu Zaidiyah meninggalkan pendapat mereka tentang “Imamatul Mafdhul”. Zaidiyah juga ikut pula mencela para sahabat Rasulullah seperti yang dilakukan golongan Imamiyah
Kedua,Aliran Itsna ‘Asy’ariyah,merupakan golongan yang paling masyhur dan paling kuat dalam mazhab ini,dan secara resmi diikuti di negeri Iran, serta kebanyakan golongan di Iraq. Nama Itsna Asy’ariyah mengandung pengertian : golongan ini terbentuk sesudah pertengahan abad ketiga hijriyah, yakni setelah lahirnya para imam yang berjumlah 12 orang, dan timbulnya pendapat bahwa Muhammad Al Mahdi al Muntazhar telah menghilang pada 260 H. golongan ini disebut juga Imamiyah dikarenakan mereka yang sangat mengutamakan masalah  imam dan imamah. Dibandingkan golongan zaidiyah, golongan ini lebih banyak mengalami serangan golongan yang sesat. Dikarenakan sebagian besar atau hamper seluruhnya terdiri dari ajaran yang mengalami pemalsuan dan penyesatan maka untuk sekarang ini sangat sukar menulis tentang mazhab imamiyah yang masih murni.
Pemalsuan dan penyesatan ini dimulai dari tokoh pengaku Syi’ah,yaitu Abdullah Ibnu Saba’ yang merupakan “orang pertama yang mengemukakan pendapat bahwa Rasulullah telah menyerahkan imamah itu kepada Ali r.a.”[5]. prakarsanya itu telah diikuti pula oleh para pengikutnya dan orang orang yang mengikuti jejaknya. Mereka lalu menyusun pendapatnya sedemikian rupa dan mengumpulkan dalil dalil untuk menguatkan pendapat tersebut. Padahal menurut riwayat Ibnu ‘Abdi Rabbih bahwa Abdullah bertanya kepada Ali mengenai hal tersebut dan Ali membantahnya.[6]
Yang Ketiga,yakni Aliran Ismailiyah, golongan ini menisbahkan dirinya pada imamiyah dan menyetujui penentuan keenam orang imam imam yang pertama di antara kedua belas imam. Menurut pendapat mereka, sesudah ja’far as shadiq(imam ke 6) maka imamah tidak berpindah ke putranya, Musa al Kazhim, seperti dikatakan golongan Itsna ‘Asyariyah, melainkan kepada puteranya yang lain, yang bernama Ismail. Imam imam setelah Isma’il ini menurut mereka tidak pernah muncul. Yang muncul hanyalah juru dakwah.
Dibandingkan 2 mazhab sebelumnya, mazhab ini lebih banyak terpengarh oleh pikiran sesat para pengaku Syi’ah,sebabnya adalah sikap mereka yang menutup diri. Karena mereka menutup diri, maka para pengaku Syi’ah memperoleh keleluasaan mengatur warna Syi’ah sesuai keinginan mereka. Tatkala Ismailiyah telah menjadi kuat dan imam imam mereka muncul kembali, mazhab mereka sudah terlalu jauh dari pemikiran Islam yang benar.
Ajaran Syi’ah yang bukan pendapat Syi’ah asli, melainkan yang telah dipalsukan             :
·         Keharusan adanya Imam,orang yang hidup tanpa Imam berarti ia sesat dan kesasar. Jika ia mati dalam keadaan demikian, berarti mati kafir
·         Imam itu mendapat wahyu, dan ia dapat mendengar ucapan, akan tetapi tidak dapat melihat siapa yang berbicara kepadanya
·         Imam imam itu apabila ia ingin mengetahui sesuatu, maka Tuhan memberitahukan kepada mereka. Mereka mengetahui kapan mereka akan mati. Dan mereka hanya mati atas kehendak mereka. Dan tak ada sesuatu yang tak mereka ketahui[7]
·         Para imam memiliki mukjizat
Ajaran Syi’ah yang disepakati semua golongan(Asli)       :
·         Ali lebih utama dari semua makhluk, Ali mempunyai keutamaan yang sama dengan Nabi
·         Imamah adalah hak Ali pribadi, dan kemudian putera puteranya dari Fathimah.



[1] Ibrahim Madkour.Aliran dan Teori Filsafat Islam.hal.90
[2] Ibid.hal.89
[3] Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Hal.213
[4] Ibid.hal.218
[5] Ibid.Hal.222
[6] Baca A. Syalabi.Sejarah dan Kebudayaan Islam 2.hal.221
[7] Al Kilaini dalam Sejarah dan Kebudayaan Islam 2.hal.197

0 comments:

Post a Comment