Sunday, December 28, 2014

Tauhid dan peranannya dalam meningkatkan SDM

Peranan Tauhid dalam peningkatan kualitas hidup seorang manusia


Menurut Ibnu Al-Utsaimin, Tauhid adalah kata benda yang berasal dari perubahan kata wahhada-yuwahhidu yang bermakna meninggalkan sesuatu, berdasarkan pengertian syariat, Tauhid bermakna mengesakan Allah dalam segala hal yang menjadi kekhususan-Nya. Secara umum Tauhid mempunyai pengertian  sebagai sikap mengesakan Allah dalam segala aspeknya seperti Dzat, perbuatan perbuatan, dan asma wa sifat Allah.  Sehingga dengan meng-Esa kan Allah seseorang tidak akan menjadikan sesuatu selain Allah sebagai tempat bersandar dalam kehidupannya.

Dalam kehidupannya, manusia memerlukan sebuah pegangan dan kekuatan yang mampu mengendalikan sifat sifat manusia dan membatasi perbuatan perbuatannya demi kepentingan masyarakat. Keyakinan yang diperlukan tersebut adalah keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat sifat-Nya yang sempurna dan terhadap adanya hari kebangkitan setelah kematian di mana pada saat itu setiap insane diperhitungkan amal perbuatannya yang telah lampau[1]. Sehingga keimanan inilah yang akan membimbing manusia ke jalan yang benar dan menjauhkannya dari perbuatan buruk dan tidak adil. Misalnya saja perbuatan kecil  berlandaskan Tauhid yang bermanfaat di masyarakat antara lain seperti menyingkirkan duri dari jalan, mengajak kepoada kebaikan, dan mencegah terjadinya kemunkaran.  Namun, disamping itu, Tauhid juga mempunyai peranan dalam perkembangan aspek aspek kehidupan lainnya seperti dalam etos kerja, dalam berjuang, membentuk keluarga yang sakinah dan lainnya.

Mempunyai etos kerja yang tinggi sangat dianjurkan dalam Islam. Karena bekerja adalah mencari sesuatu yang halal, yang thayyib, dan berkah. Disamping itu bekerja merupakan lahan untuk membentuk seseorang menjadi pribadi yang mandiri, tekun, teliti, peduli, berani, taat, dan bertanggung jawab. Namun sebuah pekerjaan seharusnya tidak hanya bertujuan untuk mencari materi saja, melainkan juga sebagai upaya untuk selalu meningkatkan semangat dalam beribadah kepada Allah, karena dalam islam bekerja merupakan salah satu bentuk Ibadah, sehingga diperlukanlah Tauhid dalam bekerja. Karena jiwa seseorang yang dipenuhi nilai nilai Tauhid, dimanapun ia berada, akan senantiasa merasakan kehadiran Allah yang begitu dekat. Ini yang mendorong hidupnya menjadi teratur, taat asas, penuh kemandirian, dan selalu didasari perencanaan yang matang[2] karena selalu mengingat Allah. Manusia yang hanya menjadikan materi sebagai tujuan hidup, dan bukan upaya dalam meningkatkan iibadah kepada Allah kemungkinan akan menjadi orasng yang mengagung agungkan materi, dia akan menjadi orang yang materialis, hedonis, dan kapitalis, mereka menjadi orang egois yang tidak peduli pada orang miskin disekitarnya.

Islam selalu  menganjurkan dalam berusaha(bekerja) layaknya mencari kepentingan dunia untuk kepentingan akhirat. Sehingga diperoleh semangat bekerja untuk selalu menghasilkan yang terbaik, bertanggung jawab, amanah, adil, menggunakan harta sebaik mungkin di jalan Allah dan sebagaiinya dengan tujuan Ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga dengan ini akan mengantarkan kita untuk semakin dekat dengan Allah. Harta dan karunia Allah lainnya yang diperoleh akan semakin berkah dan mempunyai nilai maslahat bagi keluarga maupun masyarakat sekitar.

Isma’il Raji Al-Faruqi Menjelaskan tentang Prinsip Tauhid yang dapat diterapkan diantaranya dalam , Beretika, Bertata Sosial, Berkeluarga, dan berpolitik maupun Ekonomi. Tauhid menempatkan manusia pada suatu etika berbuat, dalam berbuat pun Tauhid member pengertian dan peringatan bahwasanya apa saja yang dilakukan manusia akan dimintai pertanggung jawaban, sehingga dalam berbuat pun manusia akan lebih berhati hati karena ada konsekuensi yang akan diterima dari apa saja yang dia perbuat. Tauhid pun juga menegaskan bahwa tujuan penciptaan manusia oleh Tuhan adalah untuk mengabdi Kepada-Nya, manusia juga berfungsi sebagai Wakil Tuhan di Bumi sehingga dengan memahami prinsip ini maka manusia memiliki kewajiban dalam menjaga bumi ini sebagai Wakil Allah di bumi, dan tidak diperkenankan merusak bumi ini berikut isinya.[3]

Dalam berkeluarga, Tauhid juga berperan dalam terbinanya keluarga yang baik, sebab dengan ber Tauhid maka keluarga akan bertopang pada hukum islam, dan akan berpegang pada aqidah yamg baik. Dengan berpegang pada Tauhid maka sebuah keluarga akan menhayati perintah perintah Tauhid sebagai sebuah kewajiban. Sehingga setiap yang diperbuat dalam berkeluarga hanya akan diniatkan sebagai sebuah Ibadah kepada Allah dan bertujuan untuk mencari ridlo Allah.

Sebagai Prinsip bertata politik, Tauhid akan mengingatkan manusia bahwa dalam membuat sebuah kebijakan dan peraturan, manusia tidak hanya menjalankan kewajibannya sebagai pemimpin, tetapi juga menjalankan peran sebagai wakil Tuhan di Bumi, maka kebijakan yang dihasilkan bukan hanya berdasarkan keinginannya sendiri, tetapi juga memperhatikan nilai nilai agama serta tidak menyimpang kepada hal hal yang dilarang Allah.

Sebagai prinsip ekonomi, Islam memerintahkan untuk berusaha dan bekerja, serta secara tegas melarang orang islam untuk mengemis. Materi dan kerohanian adalah 2 hal yang saling terkait, dalam hadisnya pun Rasulullah bersabda “bahwa kemiskinan itu sesungguhnya dekat dengan kekufuran”. Maka dari itu, perubahan spiritual juga akan member pengaruh dibidang materi. Hal ini pun berkaitan erat dengan prinsip Tauhid sebagai dasar meningkatkan etos kerja, sehingga dalam bekerja kita senantiasa melakukannya secara maksimal dan berusaha memberikan yang terbaik dan melakukannya dengan niat beribadah kepada Allah, sehingga pekerjaan tersebut memberikan sebuah hasil yang baik dan memuaskan. Dengan memegang prinsip tauhid, seseorang yang kaya atau cukup ekonominya pun tidak akan lupa bahwa segala materi yang dimilikinya merupaakan titipan Allah dan terdapat hak orang lain juga didalam hartanya tersebut, maka orang tersebut tidak akan sungkan untuk menzakatkan hartanya dan menjadi orang yang dermawan, sehingga perlahan orang orang miskin disekitarnya pun akan berkurang.

Sebenarnya Tauhid mempunyai peran dan patut dijadikan sebagai landasan dalam segala aspek kehidupan. Sehingga dalam menjalani hidup senantiasa mengingat Allah dan melakukan sesuatu dengan diniatkan sebagai sebuah ibadah kepada Allah. Dengan berlandaskan niat dan pegangan yang baik maka sesuatu yang akan dihasilkannya Insya Allah juga akan menjadi hal yang baik. Apabila setiap manusia mempunyai pemikiran seperti itu dan menjadikan Tauhid sebagai pegangan hidup, maka niscaya tidak akan banyak terjadi perbuatan dzalim seperti korupsi, perbuatan keji seperti pembunuhan dan perbuatan buruk lainnya, sehingga akan terbentuk mastyarakat yang baik dan senantiasa berusaha mencari Ridlo Allah.

DAFTAR PUSTAKA
·         Masri,Ghalib(1998).Pilar Pilar Kehidupan.Jakarta:Mitra Pustaka
·         Sanusi,Anwar(2006).Jalan Kebahagiaan.Jakarta:Gema Insani
·         Sirait,Sangkot(2013).Tauhid dan Pembelajarannya.Yogyakarta:Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga




[1] Ghalib,Masri.Pilar-Pilar Kehidupan.Hal.2
[2] Anwar Sanusi.Jalan Kebahagiaan.Hal.109
[3] Ismail Al-Faruqi,Tauhid,terj.Rahmani Astuti dalam Sangkot Sirait, Tauhid dan Pembelajarannya,hal.3

0 comments:

Post a Comment