Peranan Tauhid dalam peningkatan kualitas hidup seorang manusia
Menurut
Ibnu Al-Utsaimin, Tauhid adalah kata benda yang berasal dari perubahan kata
wahhada-yuwahhidu yang bermakna meninggalkan sesuatu, berdasarkan pengertian
syariat, Tauhid bermakna mengesakan Allah dalam segala hal yang menjadi
kekhususan-Nya. Secara umum Tauhid mempunyai pengertian sebagai sikap mengesakan Allah dalam segala
aspeknya seperti Dzat, perbuatan perbuatan, dan asma wa sifat Allah. Sehingga dengan meng-Esa kan Allah seseorang
tidak akan menjadikan sesuatu selain Allah sebagai tempat bersandar dalam
kehidupannya.
Dalam
kehidupannya, manusia memerlukan sebuah pegangan dan kekuatan yang mampu
mengendalikan sifat sifat manusia dan membatasi perbuatan perbuatannya demi
kepentingan masyarakat. Keyakinan yang diperlukan tersebut adalah keyakinan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat sifat-Nya yang sempurna dan terhadap adanya
hari kebangkitan setelah kematian di mana pada saat itu setiap insane
diperhitungkan amal perbuatannya yang telah lampau[1].
Sehingga keimanan inilah yang akan membimbing manusia ke jalan yang benar dan
menjauhkannya dari perbuatan buruk dan tidak adil. Misalnya saja perbuatan
kecil berlandaskan Tauhid yang
bermanfaat di masyarakat antara lain seperti menyingkirkan duri dari jalan,
mengajak kepoada kebaikan, dan mencegah terjadinya kemunkaran. Namun, disamping itu, Tauhid juga mempunyai
peranan dalam perkembangan aspek aspek kehidupan lainnya seperti dalam etos
kerja, dalam berjuang, membentuk keluarga yang sakinah dan lainnya.
Mempunyai
etos kerja yang tinggi sangat dianjurkan dalam Islam. Karena bekerja adalah
mencari sesuatu yang halal, yang thayyib, dan berkah. Disamping itu bekerja
merupakan lahan untuk membentuk seseorang menjadi pribadi yang mandiri, tekun,
teliti, peduli, berani, taat, dan bertanggung jawab. Namun sebuah pekerjaan
seharusnya tidak hanya bertujuan untuk mencari materi saja, melainkan juga
sebagai upaya untuk selalu meningkatkan semangat dalam beribadah kepada Allah,
karena dalam islam bekerja merupakan salah satu bentuk Ibadah, sehingga
diperlukanlah Tauhid dalam bekerja. Karena jiwa seseorang yang dipenuhi nilai
nilai Tauhid, dimanapun ia berada, akan senantiasa merasakan kehadiran Allah
yang begitu dekat. Ini yang mendorong hidupnya menjadi teratur, taat asas,
penuh kemandirian, dan selalu didasari perencanaan yang matang[2]
karena selalu mengingat Allah. Manusia yang hanya menjadikan materi sebagai
tujuan hidup, dan bukan upaya dalam meningkatkan iibadah kepada Allah
kemungkinan akan menjadi orasng yang mengagung agungkan materi, dia akan
menjadi orang yang materialis, hedonis, dan kapitalis, mereka menjadi orang
egois yang tidak peduli pada orang miskin disekitarnya.
Islam
selalu menganjurkan dalam
berusaha(bekerja) layaknya mencari kepentingan dunia untuk kepentingan akhirat.
Sehingga diperoleh semangat bekerja untuk selalu menghasilkan yang terbaik,
bertanggung jawab, amanah, adil, menggunakan harta sebaik mungkin di jalan
Allah dan sebagaiinya dengan tujuan Ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Sehingga dengan ini akan mengantarkan kita untuk semakin dekat dengan Allah.
Harta dan karunia Allah lainnya yang diperoleh akan semakin berkah dan
mempunyai nilai maslahat bagi keluarga maupun masyarakat sekitar.
Isma’il
Raji Al-Faruqi Menjelaskan tentang Prinsip Tauhid yang dapat diterapkan
diantaranya dalam , Beretika, Bertata Sosial, Berkeluarga, dan berpolitik
maupun Ekonomi. Tauhid menempatkan manusia pada suatu etika berbuat, dalam
berbuat pun Tauhid member pengertian dan peringatan bahwasanya apa saja yang
dilakukan manusia akan dimintai pertanggung jawaban, sehingga dalam berbuat pun
manusia akan lebih berhati hati karena ada konsekuensi yang akan diterima dari
apa saja yang dia perbuat. Tauhid pun juga menegaskan bahwa tujuan penciptaan
manusia oleh Tuhan adalah untuk mengabdi Kepada-Nya, manusia juga berfungsi
sebagai Wakil Tuhan di Bumi sehingga dengan memahami prinsip ini maka manusia
memiliki kewajiban dalam menjaga bumi ini sebagai Wakil Allah di bumi, dan
tidak diperkenankan merusak bumi ini berikut isinya.[3]
Dalam
berkeluarga, Tauhid juga berperan dalam terbinanya keluarga yang baik, sebab
dengan ber Tauhid maka keluarga akan bertopang pada hukum islam, dan akan
berpegang pada aqidah yamg baik. Dengan berpegang pada Tauhid maka sebuah
keluarga akan menhayati perintah perintah Tauhid sebagai sebuah kewajiban.
Sehingga setiap yang diperbuat dalam berkeluarga hanya akan diniatkan sebagai
sebuah Ibadah kepada Allah dan bertujuan untuk mencari ridlo Allah.
Sebagai
Prinsip bertata politik, Tauhid akan mengingatkan manusia bahwa dalam membuat
sebuah kebijakan dan peraturan, manusia tidak hanya menjalankan kewajibannya
sebagai pemimpin, tetapi juga menjalankan peran sebagai wakil Tuhan di Bumi,
maka kebijakan yang dihasilkan bukan hanya berdasarkan keinginannya sendiri,
tetapi juga memperhatikan nilai nilai agama serta tidak menyimpang kepada hal
hal yang dilarang Allah.
Sebagai
prinsip ekonomi, Islam memerintahkan untuk berusaha dan bekerja, serta secara
tegas melarang orang islam untuk mengemis. Materi dan kerohanian adalah 2 hal
yang saling terkait, dalam hadisnya pun Rasulullah bersabda “bahwa kemiskinan
itu sesungguhnya dekat dengan kekufuran”. Maka dari itu, perubahan spiritual
juga akan member pengaruh dibidang materi. Hal ini pun berkaitan erat dengan
prinsip Tauhid sebagai dasar meningkatkan etos kerja, sehingga dalam bekerja
kita senantiasa melakukannya secara maksimal dan berusaha memberikan yang
terbaik dan melakukannya dengan niat beribadah kepada Allah, sehingga pekerjaan
tersebut memberikan sebuah hasil yang baik dan memuaskan. Dengan memegang
prinsip tauhid, seseorang yang kaya atau cukup ekonominya pun tidak akan lupa
bahwa segala materi yang dimilikinya merupaakan titipan Allah dan terdapat hak
orang lain juga didalam hartanya tersebut, maka orang tersebut tidak akan
sungkan untuk menzakatkan hartanya dan menjadi orang yang dermawan, sehingga
perlahan orang orang miskin disekitarnya pun akan berkurang.
Sebenarnya
Tauhid mempunyai peran dan patut dijadikan sebagai landasan dalam segala aspek
kehidupan. Sehingga dalam menjalani hidup senantiasa mengingat Allah dan
melakukan sesuatu dengan diniatkan sebagai sebuah ibadah kepada Allah. Dengan
berlandaskan niat dan pegangan yang baik maka sesuatu yang akan dihasilkannya
Insya Allah juga akan menjadi hal yang baik. Apabila setiap manusia mempunyai
pemikiran seperti itu dan menjadikan Tauhid sebagai pegangan hidup, maka
niscaya tidak akan banyak terjadi perbuatan dzalim seperti korupsi, perbuatan
keji seperti pembunuhan dan perbuatan buruk lainnya, sehingga akan terbentuk
mastyarakat yang baik dan senantiasa berusaha mencari Ridlo Allah.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Masri,Ghalib(1998).Pilar Pilar Kehidupan.Jakarta:Mitra Pustaka
·
Sanusi,Anwar(2006).Jalan Kebahagiaan.Jakarta:Gema Insani
·
Sirait,Sangkot(2013).Tauhid dan Pembelajarannya.Yogyakarta:Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Kalijaga
0 comments:
Post a Comment